Monday, September 26, 2011

ABBAD BIN BISYIR (Sentiasa Disertai Cahaya Allah)


Ketika Mush’ah bin Umeir tiba di Madinah - sebagai utusan dari Rasulullah S.A.W untuk mengajarkan selok belok agama kepada orang-orang Ansar yang telah bai’at kepada Nabi dan membimbing mereka melakukan solat, maka ‘Abbad bin Bisyir r.a adalah seorang budiman yang telah dibukakan Allah hatinya untuk menerima kebaikan. Beliau datang menghadiri majlis Mush’ab dan mendengarkan dakwahnya, lalu dihulurkan tangannya mengangkat bai’at memeluk Islam. Dan semenjak saat itu mulailah dia menempati kedudukan utama di antara orang-olang Ansar yang diredlai oleh Allah S.W.T serta mereka redha kepada Allah.

Kemudian Nabi Muhammad S.A.W berpindah ke Madinah, terlebih dahulu orang-orang Mukmin dari.Eulekah tiba di sana. Dan mulailah terjadi peperangan-peperangan dalam mempertahankan diri dari serangan-serangan kafir quraisy dan sekutunya yang tidak henti-hentinya memburu Nabi dan umat Islam. Kekuatan pembawa cahaya dan kebaikan bertarung dengan kekuatan gelap dan kejahatan. Dan pada setiap peperangan itu ‘Abbad bin Bisyir berada di barisan paling hadapan, berjihad di jalan Allah S.W.T dengan gagah berani dan bermati-matian dengan cara yang amat mengkagumkan. Dan mungkin peristiwa yang dipaparkan di bawah ini dapat mengungkapkan sekelumit dari kepahlawanan tokoh mukmin ini. ..

Rasulullah S.A.W dan kaum muslimin selesai menghadapi perang Dzatur Riqa’, mereka sampai di suatu tempat dan bermalam di sana, Rasulullah S.A.W memilih beberapa orang sahabatnya untuk berkawal secara bergilir-gilir. Di antara mereka yang terpiiih ialah Ammar bin Yasir dan ‘Abbad bin Bisyir yang berada bersama dalam satu kumpulan.

Kerana dilihat oleh ‘Abbad bahawa kawannya Ammar sedang keletihan, maka dicadangkanlah agar Ammar tidur terlebih dahulu dan beliau akan berkawal. Dan nanti bila telah mendapatkan istirahat yang mencukupi, maka giliran Ammar pula berkawal menggantikannya. ‘Abbad melihat bahawa kawasan lingkungan di sekelilingnya aman. Maka terdetik didalam hatinya, kenapa tidak dia mengisi waktunya dengan melakukan solat agar pahala yang akan diperolehinya akan menjadi berlipat kali ganda. Lalu dia bangkit melakukannya . Tiba-tiba sementara dia sedang berdiri membaca salah satu surah Al-Quran setelah Al-Fatihah, sebilah anak panah terpacak di pangkal lengannya. Maka dicabutnya anak panah itu dan diteruskannya solatnya.

Tidak lama selepas itu, mendesing pula anak panah kedua yang mengenai anggota badannya. Tetapi dia tetap tidak menghentikan soalatnya, malah hanya dicabutnya anak panah itu seperti yang dilakukan tadi dan dilanjutkannya bacaan surah. Kemudian dalam gelap malam itu musuh memanahnya untuk kali yang ketiga. ‘Abbad menarik anak panah itu dan mengakhiri bacaan surah. Setelah itu dia rukuk dan sujud dan dalam masa yang sama tenaganya telah lemah disebabkan sakit dan keletihan. Lalu sementara sujud itu dihulurkan tangan kepada kawanya yang sedang tidur di sampingnya dan ditarik-tarik tangannya sehingga sedar dari tidur.Dalam pada itu dia bangkit dari sujudnya dan membaca tasyahud, lalu menyelesaikan solatnya.

Ammar tersedar mendengar suara kawannya yang tak putus-putus menahan sakit: “Gantikan aku mengawal, karena aku telah dipanah!”. Ammar menghambur dari tidurnya hingga menimbulkan kegaduhan dan takutnya musuh yang menyelinap. Mereka melarikan diri, sedang Ammar berpaling kepada temannya seraya berkata: “Subhanallah … ! Kenapa kamu tidak kejutkan aku ketika kamu dipanah yang pertama kali tadi?” ujar Abbad : “Ketika aku solat tadi, aku membaca beberapa ayat Al-Quran yang amat mengharukan hatiku, hingga aku tak ingin untuk memutuskannya! Dan demi Allah, aku tidak akan mensia-siakan tugas berkawal yang ditugaskan Nabi kepada kita untuk menjaganya, sesungguhnya aku lebih suka mati daripada memutuskan bacaan ayat-ayat yang sedang kubaca itu!”

‘Abbad amat cinta sekali kepada Allah, kepada Rasul dan kepada agamanya. Kecintaan itu memenuhi segenap perasaan dan seluruh kehidupannya. Dan semenjak Nabi S.A.W berhujah dan menujukan kata-katanya kepada kaum Ansar dan Abbad termasuk salah seorang di antara mereka. Sabdanya: “Hai golongan Ansar! Kalian adalah inti, sedang golongan lain bagai kulit ari! Maka tidak mungkin aku akan dicederakan oleh pihak kalian!”



Semenjak itu, yakni semenjak ‘Abbad mendengar ucapan tersebut dari Nabinya, dari guru dan pembimbingnya kepada Allah, dan dia rela menyerahkan harta benda ,nyawa dan hidupnya di jalan Allah dan Rasulnya . Maka tidak hairanlah ketika dia di arena pengorbanan dan di medan perang, dia muncul sebagai orang pertama, sebaliknya di waktu pembahagian keuntungan dan harta rampasan, sukar untuk ditemukannya. Di samping itu beliau adalah seorang ahli ibadah yang tekun, seorang pahlawan yang gigih dalam berjuang, seorang dermawan yang rela berkorban dan seorang mukmin sejati yang telah membaktikan hidupnya demi keimanannya pada Allah S.W.T.

Keutamaannya ini telah diketahui luas dikalangan sahabat-sahabat Nabi, dan Aisyah r.a, Ummul Mu’minin pernah mengatakan tentang dirinya : Ada tiga orang Ansar yang keutamaannya tidak dapat diatasi oleh seorang pun jua, iaitu : Sa’ad bin Mu’adz, Useid bin Hudlair dan ‘Abbad bin Bisyir”.

Orang-orang Islam angkatan pertama mengetahui bahwa ‘Abbad adalah seorang tokoh yang beroleh kurnia berupa cahaya dari Allah. Penglihatannya yang jelas dan beroleh penerangan, dapat mengetahui tempat-tempat yang baik dan meyakinkan tanpa mencarinya dengan bersusah-payah. Bahkan kepercayaan sahabat-sahabatnya mengenai cahaya ini sampai ke suatu peringkat yang lebih tinggi, bahawa ia merupakan benda yang dapat dilihat. Mereka sama sekata bahwa bila ‘Abbad berjalan di waktu malam, terbitlah daripadanya kilauan cahaya dan sinar yang menerangi baginya jalan yang akan dilalui.

Dalam peperangan menghadapi orang-orang murtad sepeninggalan Rasulullah S.A.W maka ‘Abbad memikul tanggung jawab dengan keberanian yang tiada taranya. Apalagi dalam pertempuran Yamamah di mana kaum Muslimin menghadapi bala tentara yang paling kejam dan paling berpengalaman dibawah pimpinan Musailamatul Kaddzab, ‘Abbad melihat akan bahaya besar yang mengancam Islam. maka jiwa pengorbanan dan teras kepahlawanannya mengambil bentuk sesuai dengan tugas yang dibebankan oleh keimanannya, dan meningkat ke taraf yang sejajar dengan kesedarannya akan bahaya tersebut, hingga menjadikannya sebagai perajurit yang berani mati, yang tidak menginginkan sesuatu yang lain kecuali mati syahid di jalan Allah S.W.T.

Sehari sebelum perang Yamamah itu bermula,’Abbad mengalami suatu mimpi yang tidak lama kemudiannya diketahui maksud disebaliknya yang bakal terjadi di arena pertempuran sengit yang akan dihadapi oleh kaum Muslimin. Dipanggil seorang shahabat mulia Abu Sa’id al-Khudri r.a untuk menceritakan mimpi yang dilihat oleh ‘Abbad tersebut begitu pun maksud disebaliknya, serta peranannya yang mengkagumkan dalam pertempuran yang berakhir dengan syahidnya. Demikian cerita Abu Sa’id: ” ‘Abbad bin Bisyir mengatakan kepadaku: – “Hai Abu Sa’id! Saya bermimpi semalam melihat langit terbuka untukku, kemudian tertutup semula! Saya yakin bahwa maksud disebaliknya, insyaAllah saya akan menemui syahidnya!”. “Demi Allah!” ujarku, itu adalah mimpi yang baik!” “Dan sewaktu perang Yamamah itu saya lihat dia menyeru kepada orang-orang Ansar, “Pecahkan sarung-sarung pedangmu dan tunjukkan kelebihan kalian!”. Maka segeralah menyerbu mengiringkannya sejumlah empat ratus orang dari golongan Ansar hingga sampailah mereka ke pintu gerbang taman bunga, lalu bertempur dengan gagah berani.

Ketika itu ‘Abbad (semoga Allah memberinya rahmat) menemui syahidnya. Wajahnya saya lihat penuh dengan bekas sambaran pedang, dan saya mengenalnya hanyalah dengan melihat tanda yang terdapat pada tubuhnya!”. Demikianlah ‘Abbad meningkat naik ke taraf yang sesuai untuk memenuhi kewajipannya sebagai seorang mukmin dari golongan Ansar, yang telah mengangkat bai’at kepada Rasul untuk membaktikan hidupnya bagi Allah dan menemui syahid di jalanyya. Dan tatkala pada permulaannya dilihatnya neraca pertempuran sengit itu lebih berat untuk kemenangan musuh, teringatlah olehnya ucapan Rasulullah terhadap Kaumnya golongan Ansar: “Kalian adalah inti! Maka tak mungkin saya dicederai oleh pihak kalian!”.

Ucapan itu memenuhi rongga dada dan hatinya, hingga seolah-olah sekarang ini Rasulullah masih berdiri, mengulang-ulang kata-katanya itu . ‘Abbad merasakan bahawa seluruh tanggung jawab peperangan itu terpikul hanya di atas bahu golongan Ansar semata-mata …atau di atas bahu mereka sebelum golongan lainnya! Maka ketika itu naiklah dia ke atas sebuah bukit lalu berseru : “Wahai golongan Ansar!. Pecahkan sarung-sarung pedangmu, dan tunjukkan keistimewaanmu dari golongan lain!”

Dan ketika seruannya dipenuhi oleh empat ratus orang pejuang, ‘Abbad bersama Abu Dajanah dan Barra’ bin Malik mengerahkan rnereka ke taman maut, suatu taman yang digunakan oleh Musailamah sebagai benteng pertahanan. Dan pahlawan besar itu pun berjuanglah sebagai layaknya seorang laki-laki, sebagai seorang Mukmin juga sebagai seorang warga ansar.

Dan pada hari yang mulia itu, pergilah ‘Abbad menemui syahidnya! Tidak salah mimpi yang dilihat dalam tidurnya semalam? Bukankah dia melihat langit terbuka, kemudian setelah dia masuk kedalam langit yang terbuka itu, tiba-tiba langit bertaut dan tertutup kembali. Dan mimpi itu dita’wilkannya bahawa pada pertempuran yang bakal terjadi ruhnya akan naik menghadap Tuhan penciptanya.

Sungguh, benarlah mimpi itu dan benarlah pula disebaliknya, Pintu-pintu langit telah terbuka untuk menyambut roh ‘Abbad bin Bisyir dengan gembira, yakni seorang tokoh yang diberi cahaya oleh Allah S.W.T.





- Serambi Awam -


No comments:

Post a Comment